"Hadits tentang Fenomena Hujan" Hadist² SAINS==>part 3


Bab 3 Hadits tentang Fenomena Hujan 

Alam semesta beserta isinya ini merupakan ciptaan Allah Swt. yang keberadaannya adalah untuk kesejahteraan manusia. Allah tidak menciptakan sesuatu dengan kesiasiaan tanpa ada manfaatnya bagi manusia. Dan, salah satu ciptaan-Nya yang sangat besar manfaatnya ialah hujan. Secara ilmiah, hujan adalah peristiwa turunnya butir-butir air dari langit ke permukaan bumi. Jatuhnya air hujan ini merupakan proses kondensasi (pembahan wujud benda ke wujud yang lebih padat) nap air di atmosfer menjadi butiran-butiran air yang cukup berat untuk jatuh ke daratan. Hujan membutuhkan keberadaan lapisan atmosfer tebal supaya dapat menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan bumi. 

Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi dapat berjalan terus menerus. 

Siklus ini tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, sildus hidrologi terus bergerak secara kontinu. 


A. Nash tentang Fenomena Hujan 

Sebagaimana ciptaan Allah Swt. yang lain, adanya hujan juga telah dijelaskan di dalam al-Qur’an maupun hadits nabi. Di dalam al-Qur’an, huj an dinyatakan sebagai rahmat bagi kehjdupan bumi seisinya. Allah Swt. menyebut kata hujan di dalam al-Qur’an sebanyak 55 kali. Dari sekian banyak redaksi al-Qur’an tentang hujan, dijelaskan secara gamblang, bahwa huj an itu termasuk dari salah satu tanda kebesaran-Nya. 

Allah Swt. berfirman: 

“Dan, yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati....” (QS. az‘Zukhruf [43]: 

11). Di dalam ayat yang lain, Allah Swt. juga berfirman: 

“Dia-lah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan temakmu.” (QS. an-Nahl [16]: 10). 

Sementara itu, Rasulullah Saw. juga menjelaskan tentang fenomena hujan melalui sabdanya. Beliau ‘ menjelaskan kepada umatnya bahwa hujan merupakan anugerah dan rahmat dari Allah Swt. Secara normatif, umat Islam pun meyakini bahwa hujan itu adalah ciptaan Allah Swt. Setidaknya, ada dua hadits yang menjelaskan 

tentang hujan. 

Zaid bin Khalid al-Juhaini Ra. mengisahkan bahwa Rasulullah Saw. memimpin para sahabat shalat Subuh di Hudaibiyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Selesai shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak, lalu bersabda, "Tahukah kalian apa yang sudah difn'mankan oleh Rabb kalian?” 

Orang-orang menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” 

Kemudian, Rasulullah Saw. bersabda, “Allah berfirman, 'Di pagi ini, ada hamba-hamba-Ku yang menjadi mukmin kepada-Ku dan ada pula yang kaflr. Orang yang berkata, ‘Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmatNya’, maka ia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafnr kepada bintang-bintang. Sedangkan yang berkata, ‘Hujan tumn disebabkan bintang ini dan itu’, maka ia telah kaiir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang?’ (HR. 

Bukhari dan Muslim). 

Hadits tersebut menjadi dasar tentang adanya hujan sebagai rahmat Allah Swt. Secara tekstual, hadits ini berisi pemyataan bahwa orang yang menganggap hujan itu berasal dari bintang (planet) maka ia telah kaflr, sedangkan orang yang beriman adalah orang yang mengatakan bahwa hujan merupakan karunia dan rahmat yang datang dari Allah Swt. maka, tidak diragukan lagi bahwa hadits ini shahih. Hal ini karena pada masa Rasulullah Saw. belum 

ditemukan berbagaj (tori dan bukti-bukti ilmiah mengenai terbentuknya hujan. Beliau mengetahui tentang hujan langsung dari firman Allah Swt. Sehingga pemahaman 

beliau tentang hujan merupakan ilmu yang langsung dari Allah Swt. sebagai bukti kerasulannya. 

Dalam hadits yang lain dari Ibnu Mas’ud Ran, Rasulullah Saw. juga bersabda: 

'Tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya 

daripada tahun yang lain.” (HR. Baihaqi dalam Sunan al-Kubra). 

J ika ditinjau dari kritik sanad, hadits tersebut adalah hadits mauquf (berhenti) pada Ibnu Mas’ud Ra., sehingga mendorong beberapa pengkaji hadits untuk melemahkan statusnya (dha’if). Kendati demikian, Zaghlul an-Najjar tetap memandang hadits tersebut merepresentasikan sebuah gebrakan ilmiah yang mendahului khazanah sains modern sejak berabad lampau. Menurutnya. hadits itu merupakan salah satu kemukjizatan sains dalam haditshadits nabi. Meskipun statusnya dha’if. hadits tersebut masih diperhitungkan karena beberapa penelitian modern 

membuktikan bahwa siklus hujan senantiasa sama atau stabil dalam setiap tahunnya. 

B. Fakta llmiah tentang Fenomena Huian 

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, proses terjadinya hujan telah dijelaskan di dalam al-Qur’an sekitar 15 abad silam sebelum kemudian dibuktikan secara ilmiah kebenarannya melalui kajian dan penelitian para ilmuwan. Di dalam al-Qur’an maupun hadits, memang tidak' dijelaskan secara rinci terkait dengan proses terciptanya hujan. Akan tetapi, manusia diberi kekuasaan oleh Allah Swt. untuk berpikir rhengenai segala ciptaan-Nya, termasuk tentang proses terbentuknya hujan. 

Seiring pesatnya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai fenomena alam sudah mampu dipelajari dan dikembangkan oleh manusia. Para ilmuwan pun berhasil mengungkap proses terjadinya hujan dan hal-hal yang menjadi sebab turunnya hujan. Sehingga, dengan diketahuinya teori-teori tentang terbentuknya hujan, manusia dapat lebih memanfaatkannya dengan baik. 

Menurut Zaghlul an-Najjar, sebenarnya proses turunnya hujan dari awan merupakan proses yang belum dapat dipahami secara ilmiah dengan segala tinciannya. Ia mengatakan bahwa manusia hanya mampu membuat hipotesis dan memunculkan teori tentang ' proses terbentuknya hujan. namun tetap tidak bisa secara utuh. Hal ini karena proses terbentuknya hujan 

berlangsung dengan aejumlah proses yang tidak terlihat aecm langsung. Adapun yang diketahui oleh para ilmuwan hmyalah bahwa bumi merupakan planet dalam susunan tata surya yang paling kaya dengan air.“ Sebagaimana diketahui, perbandingan luas bumi antara daratan dan air, diperkirakan berbanding 2 : 3. Dengan kata lain, has permukaan air di permukaan bumi mencapai sekitar 361 juta km persegi. Sedangkan luas permukaan daratan hanya 149 juta km persegi. Sehingga, air menutupi sekitar 71% kawasan permukaan bumi, yakni sekitar 510 juta km persegi. 

Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan diketahui bahwa proses sirkulasi air (hidrologi) yang ada di bumi merupakan proses yang tanpa henti. Secara teratur dan tetap, air yang ada di bumi, tidak bertambah dan berkurang. Di bumi, yang sangat berperan panting dalam proses penguapan air adalah sinar matahari. Air yang ada di permukaan bumi mulai dari laut, samudra, sungai, danau, air yang tersimpan di bawah permukaan bumi, pernapasan makhluk hidup, dan berbagai sumber air lainnya, dengan bantuan cahaya matahari menguap dan 

naik ke lapisan atmosfer bumi (toposfer). 

Pada lapisan tersebut, terjadi peristiwa cuacal, seperti 

hujan, angin, musim salju, kemarau, dan lain sebagainya. 

Biasanya, jika ketinggian bertambah, maka tekanan udaranya berkurang. Hal inilah yang membantu proses penggumpalan uap air. Kemudian, air yang berada di lapisan troposfer berbentuk buliran-buliran air yang me~ nempel dengan udara dengan daya rekat dan kekuatan tensi permukaannya. Meskipun berada di awan dan digerakkan oleh angin, buliran-buliran ini tidak jatuh ke bumi. “mnnya hujan ke bumi disebabkan karena berpadunya dua awan yang berbeda muatan. Sehingga turunlah hujan 

kc bumi. 

Sejumlah studi dan kajian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa jumlah volume air di permukaan bumi mencapaj sekitar 1.360 juta km kubik. Dari angka tersebut, 97,20% merupakan air asin yang terdapat di laut dan samudra. Sisanya, 2,80% merupakan air tawar dengan ketiga bentuknya, yaitu beku, cair, dan karbonasi (soda). Dari total air tawar di bumi, 2,15% berbentuk gumpalan» gumpalan salju di kedua kutub bumi dan puncak gunung~ gunung. Sisanya, sekitar 0,65%, yang sebagian besar tetsimpan di lapisan-lapisan porosit bebatuan kerak bumi di bawah permukaan bumi dalam wujud air simpanan di bawah permukaan bumi, selebihnya di danau dan telaga. Kemudian. yang tersimpan dalam bentuk udara lembab di mnah-tanah, nap air yang tersimpan di lapisan gas bumi (atmosflr), dan yang terakhir mengalir di sungai-sungai besem cabang-cabangnya. 

Berdasarkan data dan keterangan tersebut, maka dapat diketahui bahwa rata-rata uap air yang muncul dari permukaan laut dan samudra mencapai sekitar 320.000 km kubik setiap tahunnya. Sementara, uap air yang muncul dari daratan hanya sekitar 60.000 km kubik. Dari jumlah tersebut, siklus air antara bumi dan lapisan gas bumi mencapai 380.000 km kubik setiap tahunnya. Dari angka ini, sebagian besar uap air berasal dari kawasan khatulistiwa yang rata-rata setiap tahun memiliki suhu 

panas mencapai 25° C. 

Ketika terjadi penguapan dari seluruh permukaan bumi, maka dengan pengaruh minimnya kepadatan (Ian dengan dorongan arus udara, uap air tersebut najk ke zona terbawah lapisan gas bumi. Semakin tinggi, suhu zona ini semakin dingin hingga mencapai minus 60° C di atas garis khatulistiwa. Dalam zona yang dingin inilah, nap air yang najk semakin memadat untuk kemudian turun kembali ke bumi dalam bentuk hujan, salju, hawa dingin, atau embun. Inilah teori tentang proses terjadinya yang dijelaskan oleh 

para ilmuwan. 

Sementara itu, terkait dengan sabda Rasulullah Saw. bahwa curah hujan selalu sama setiap tahunnya, penelitian modern membuktikan bahwa siklus hujan memang selalu seimbang. Secara umum, jumlah keseluruhan air yang menguap ke lapisan gas bumi setiap tahun selalu 

tetap, begitu pula total keseluruhan uap air yang dibawa lapisan gas ini, sehingga total air hujan yang turun ke bumi pun setiap tahunnya selalu sama. Diperkirakan sebanyak 16 ton air di bumi menguap setiap detiknya. Angka ini menghasilkan 513 triliun ton air per tahun. Angka ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi setiap tahunnya. Maka, hal ini menunjukkan bahwa hujan secara terus-menerus bersirkulasi dalam sebuah siklus seimbang menurut ukuran tertentu.7 J ika satu saja terjadi penyimpangan kecil dari jumlah ini, maka akan segera 

mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. 

Itulah sebabnya, debit air yang ada dj bumi selalu dalam kondisi stabi], tetap, dan terukur sesuai dengan kebutuhan manusia. Adanya siklus antara uap dan hujan berfungsi memurnikan air bumi, yang memiliki triliunan popuJasi makhluk dengan segala bentuk dan ragam kehidupannya yang hidup dan mati dalam setiap waktu. Adanya siklus ini jug; berfungsi menjaga keseimbangan suhu panas di atas permukaan bumi sekaligus meminimalisir teriknya panas matahari di musim panas. 

Dari uraian dan angka-angka yang telah disebutkan. dapat kita pahami bahwa pemenuhan syarat-syarat tentang terjadinya hujan membutuhkan perhitungan awal yang

tidak mungkin dilakukan secara asal atau kebetulan. Dari sini, terlihat jelas bagi kita bahwa terjadinya hujan merupakan salah satu rahasia alam yang tidak mungkin dipahami dan diketahui, kecuali setelah mendapatkan pemahaman yang komprehensif. Akan tetapi, kekuasaan Allah Swt. terlihat sangat jelas. Hal itu tampak lebih mencengangkan dalam distribusi pemerataan hujan di muka bumi dengan kehendak-Nya. Kenyataan ini membuktikan kebenaran hadits tentang hujan yang merupakan rahmat dari Allah Swt. dan senantiasa memiliki sikIus yang 

Comments

Popular posts from this blog

Berapa usia Ribka/Rafqah/Rebecca ketika dia menikah dengan Ishak/ ‏Yiṣḥôq‎‎? ‏apakah benar 3 Tahun? inilah ‎Faktanya

"Hadist tentang bintang sebagai pengaman langit" Hadist-hadist SAINS==>part1

Bukti Bukan Yesus asli yang disalib, tetapi orang yang diserupakan alias yesus KW